Pengertian dan Perkem bangan Grafis

Grafis diambil dari kata Yunani ”Graphikos”, merupakan media kreatif yang awalnya terbatas pada menulis, menggores, memahat yang bertujuan untuk membuat tulisan.

Perkembangan selanjutnya grafis adalah gambar atau tulisan yang dihasilkan memalui metode cetak.
Grafis umumnya diarahkan ke karya dua dimensional, antara lain; menggambar, menulis, mewarna, menata yang berhubungan dengan karya media cetak. Media grafis cetak merupakan karya yang dapat menimbulkan akibat serta pengaruh terhadap masyarakat, bisa bersifat penerangan, pengumuman, mempengaruhi baik yang bersifat komersial maupun non komersial.

Sejarah grafis komunikasi sangat terlihat di kota Romawi pada pemerintahan Julius Caesar (100-44 SM), yaitu media komunikasi berupa papan pengumuman dari gib putih.
Media grafis yang dikeluarkan oleh Dewan Perwakilan Politik memuat berita tentang budak-budak tersebut dikenal dengan nama Acta Diurna yang artinya ”peristiwa seharihari”, seperti berita dalam pertandingan Gladiator.

Revolusi Industri di Inggris sangat mempengaruhi pengetahuan bidang grafis komunikasi seperti adanya surat kabar sekaligus media komunikasi/iklan sering bermunculan dalam surat kabar waktu itu.
Perkembangan ini mempengaruhi media grafis komunikasi di negara Amerika dan Eropa hingga akhirnya memicu pertumbuhan perusahaan periklanan. Di Indonesia media garfis diperkenalkan di Hindia Belanda pada tahun 1602 dengan teknologi percetakan oleh para pedagang besar VOC.
Pada tahun 1615 dalam surat kabar Bataviaasche Nouvelles muncul tulisan tangan indah (silografi) yang mempercantik bentuk visual poster.

17 Agustus 1744 surat kabar ini menerbitkan iklan pertama dengan bahasa Belanda. Pada tahun 1809 namanya berganti menjadi Bataviasche Kolonoale Courant menggunakan managemen baru dengan memperhitungkan ketentuan dari tarif iklan.

Tahun 1825 di Minahasa terbit ”Tjahaja Sijang” yang pertamakali memuat iklan produk obat tradisonal. Tahun 1865 terbit ”Bientang Timoor” yang memuat iklan tentang surat kabarnya.

Perkembangan media grafis komunikasi pada tahun 1870 mulai adanya blosur sebagai media promosi dan informasi.
Tahun 1914 Penonjolan kekuatan kreatif naskah grafis komunikasi yang provokatif dan persuasif dalam bentuk question headline. Visualisasi dialog antara pria dan wanita dengan teknik yang sederhana namun cukup artistik.
Periode 1930-1942 perekonomian Hindia Belanda mulai membaik, hal ini membangkitkan gairah kembali biro iklan yang mempromosikan produk atau merek. Datangnya Jepang mengakibatkan berhentinya industri periklanan yang sebelumnya dikelola secara profesional berubah untuk kepentingan perang untuk mendukung kepentingan militer pihak Jepang.

Pada tahun 1954 dibentuklah Perserikatan Biro Reklame Indonesia (PBRI), yang kemudian diganti namanya menjadi Persatuan Biro Reklame Indonesia dalam Kongres Reklame Seluruh Indonesia pertama.
Organisasi ini selaku wadah dalam membuat media grafis komunikasi (iklan) surat kabar, meskipun terbatas pada iklaniklan komersial dan produkproduk ringan.
Sejak tahun 1968 biro iklan tidak lagi menggunakan tenaga kolportir, karena pemasang iklan sudah datang sendiri.
Perekonomian Indonesia mulai tumbuh pesat pada awal 1970-an diwarnai oleh bermunculnya beberapa perusahaan multinasional.
Perusahaan ini membawa angin segar bagi biro iklan di Indonesia untuk mempromosikan produknya melalui media grafis komunikasi.
Desember 1980 di Jakarta dilangsungkan konvensi masyarakat periklanan Indonesia mengesahkannya Kode Etik Periklanan Indonesia, merupakan tatanan bagaimana biro iklan dan karyanya mempunyai tatanan yang berkualitas dan benar. Memasuki abad ke 20 merupakan melesatnya teknologi yang begitu cepat, seperti cetak jarak jauh, cetak cepat, cetak dalam skala kecil, kesemuanya ini tenaga profesionalesme grafis komunikasi dituntut untuk mengikutinya.

Komentar

Postingan Populer